Laura Edelweis

sharing is caring

PERJALANAN INVESTASI : DARI TABUNGAN BERJANGKA HINGGA SAHAM


Waw baca judulnya kayak iye banget ya? Hahaha. Tulisan ini hanya menceritakan pengalaman, bukan rekomendasi. Keputusan investasi semua berada di tangan masing-masing.


Berawal dari kegalauan saya yang perlu menabung untuk masa depan anak (biaya sekolah, kuliah, nikah anak, dll) serta inflasi yang terus meningkat dan tidak bisa dihindari. Saat itu saya membaca postingan seorang emak-emak influencer di Instagram yang sedang membahas tabungan pendidikan untuk anak. Postingannya membahas tentang bagaimana dia menyisihkan sebagian penghasilannya untuk tabungan pendidikan anaknya, mulai dari tabungan masuk TK sampai Perguruan Tinggi. Wow. Saya yang masih awam dan cupu mengenai tabungan/investasi, merasa terkedjoet dan panik. Anak saya saat itu umur 1,5 tahun dan belum dibuatkan tabungan pendidikannya. Panik lah saya, ternyata tabungan pendidikan harus disiapkan sejak dini, dikelompokkan sesuai jenjang sekolahnya. Dan akhirnya segera saya eksekusi gaji saya untuk tabungan pendidikan. 


1. TAKA alias TABUNGAN BERJANGKA


Berbekal dari postingan Instagram si emak influencer tsb, saya akhirnya membuka Tabungan Berjangka di Bank BNI Syariah. Proses pembukaan rekening sudah pernah saya tulis di post ini: Tapenas BNI Syariah. Kala itu saya membuka Tapenas untuk tabungan masuk TK saja. Target saya waktu itu adalah sejumlah uang pangkal masuk TK yang sudah kami incar. Untuk jangka waktu disesuaikan dengan pendaftaran masuk TK nya mulai kapan. 


Bulan selanjutnya saya membuat 2 rekening Tapenas baru di BNI Syariah untuk jenjang SD dan SMP. Jadi total saya memiliki 3 buah rekening Tapenas di BNI Syariah. Oh iya sebelum membuka rekening tsb, saya survey online untuk sekolah SD dan SMP yang jadi incaran kami, sehingga kami bisa tau secara kasar uang pangkalnya butuh berapa saat anak kami masuk. Saya sengaja tidak menghitung dengan ditambahkan perkiraan inflasi, karena sepertinya uangnya tidak cukup, hahaha. Jadi mengambil harga tahun 2019, nanti kekurangan bisa ditambal lah, yang penting sudah ada persiapan tabungan. Sistem Tapenas di BNI Syariah adalah menggunakan autodebet setiap tanggal 4. Sehingga secara tidak langsung kita 'dipaksa' untuk menabung. Supaya disiplin. Dana tabungan pun tidak bisa ditarik sampai waktu jatuh tempo.


2. LOGAM MULIA/EMAS


Setelah memiliki 3 buah rekening Tapenas, saya pun berpikir untuk membuat pos selanjutnya untuk keperluan yang lebih beragam dan lebih "long term", dan terutama yang bisa melawan inflasi. Salah satunya seperti tabungan untuk SMA, Kuliah, untuk dana "tambal-tambal" dari Tapenas. Duh, bahasanya. Idealnya, kita harus tau ya perencanaan kita secara pasti, jangan seperti saya yang perencanaannya macem-macem, pos nya juga ga jelas. Hehe, tapi yang penting nabung lah, daripada egga. Kan kata pepatah, "Don't put your eggs into one basket".


Awalnya saya tergiur dengan tabungan emas milik Pegadaian. Soalnya gampang banget sistemnya, kita punya uang berapapun bisa langsung ditabung, dan nominalnya langsung dikonversikan ke dalam gram emas. Menarik banget sih, terutama bagi saya yang cashnya sedikit, haha. Dan nanti kalo butuh dananya, bisa langsung ditarik tunai sesuai harga emas pada saat itu. Tapi usut punya usut, saya membaca ketentuan DSN-MUI bahwa menabung emas seperti itu tidak syariah. Karena wujud barangnya tidak ada. Intinya, membeli emas adalah sebuah bentuk perdagangan, ya, perdagangan jual beli emas. Jadi harus ada uang tunai yang dibayarkan, ada barang yang kita dapatkan. Kalau pakai sistem menabung emas seperti Pegadaian, jatuhnya hanya beli secara digital saja, bisa sih diambil dalam bentuk logam emas ketika jumlah tabungan sudah mencukupi, tapi masih kena biaya cetak, jadi lebih mahal jatuhnya.


Akhirnya saya pun membatalkan niat saya untuk menabung emas pegadaian. Saya maunya beli saja langsung emas batangan. Cara menabungnya juga manual, setiap bulan sehabis gajian, secara manual saya sisihkan sebagian uang untuk membeli emas. Kalau dibandingkan dengan tabungan Pegadaian memang lebih rugi, karena nilai emas terus naik, sedangkan kita mengejarnya cuma dengan nabung biasa. Pasti rugi memang, tapi ya its okay lah, yang penting syariah. Tapi ini preferensi saya pribadi ya, teman-teman bebas memilih mau menabung emas dalam bentuk apa, tergantung preferensi masing-masing.


Untuk emas batangan bisa dibeli di Butik Antam. Kalian tinggal bawa uang cash atau debit dan KTP. Ambil nomor antrian, dan tunggu hingga dipanggil. Prosesnya cepet kok, yang lama itu antrinya. Makanya kalau mau beli LM, lebih baik datang lebih awal. Lalu cara menyimpannya macam-macam, bisa memakai SDB (Safe Deposit Box) yang banyak disediakan di bank-bank maupun di Antam itu sendiri. Cuma harus dicek ketersediaannya dulu ya. Harga SDB pun bermacam-macam sesuai ukurannya. 


Untuk harga emas sendiri selalu naik setiap tahun. Jadi dia memang cocok untuk jangka panjang, at least >5 tahun lah ya. Jangan menabung emas untuk jangka pendek, karena harganya fluktuatif. Jadi lebih cocok jangka panjang. 


3. REKSADANA


Setelah beberapa bulan menabung LM jadi sering pantengin website Logam Mulia buat liat pergerakan harga emas, haha. Seneng banget ketika harga nya lagi naik rasanya kayak bangga gitu, hehe. Setahun berlalu dan mulai bisa asyik merasakan naik turun harga emas, akhirnya saya terjun ke Reksadana. Perkenalan dengan reksadana ini dimulai juga dari Instagram. Saat itu secara tidak sengaja saya mantengin IG Story seorang 'calon' financial planner, lalu dia ngobrol ngalor ngidul dan tetiba membahas tentang reksadana. Dia bilang ke followernya, kalau punya duit meskipun cuma 10ribu, daripada buat jajan Boba, mending beliin reksadana di Bibit, gitu katanya. Wah penasaran lah saya, Bibit itu aplikasi apa? Hoho.


Nah berawal dari sanalah akhirnya saya kepo dan mencari tahu tentang aplikasi Bibit, apa itu Reksadana, bagaimana sistem kerjanya, dll. Buat temen-temen yang belum kenal Reksadana, bisa googling ya, infonya buanyakk dimana-mana. Saya disini cuma cerita pengalaman menabung saya saja sebagai emak-emak yang khawatir akan masa depan anak. 


Beberapa hari mempelajari reksadana, akhirnya saya membuka akun saya di Bibit. Sebenernya banyak aplikasi lainnya yang serupa, contohnya Bareksa, Tanamduit, Ajaib, dll. Saya mulai dengan uang 10rb juga kalau tidak salah, persis seperti kata si mbak instagram tadi. Dan ya ternyata memang bisa lho invest cuma dengan 10rb. Sejak saat itu saya putuskan diversifikasi tabungan selain Taka dan Logam Mulia, juga Reksadana. Rutin setiap bulan sehabis gajian.


Hampir setahun  memiliki Reksadana, dengan imbal hasil yang selalu hijau (seneng khaan),tiba-tiba di bulan Maret 2020 datanglah Corona yang menyebabkan market crash, imbal hasil yang tadinya selalu hijau, jadi merah dan minus sebesar -4% lebih hanya dalam waktu beberapa hari. Wah, kaget lah saya, uang yang sudah susah-susah saya tabung setiap bulan, minus gara-gara Corona. Tapi saya tidak panik, berusaha tenang, dan mencari info sebanyak-banyaknya mengenai "kenapa kok reksadana saya bisa minus? Apa penyebabnya? Bagaimana sistemnya?"Dan segala pertanyaan awam lainnya. Meskipun minus sekalipun, saya tetap rutin menabung di Bibit setiap bulan, sampai akhirnya saya mulai mengerti tentang bagaimana hubungan antara Corona dengan jatuhnya market atau IHSG. :D


4. SAHAM


Sebenarnya sudah lumayan lama saya mengenal saham sejak menabung Reksadana, tapi tidak berani masuk karena kata-kata yang selalu didengungkan tentang saham adalah "High Risk, High Gain". Mendengar kata-kata itu rasanya sudah bikin malas untuk tau lebih jauh, apalagi mempelajarinya. Namun market crash di bulan Maret lalu akhirnya menyadarkan saya betapa ini adalah peluang emas untuk menabung saham. Hahaha. 


Di bulan Maret saya tidak serta merta langsung membuka rekening saham. Masih kaget dulu, bengong dulu. Baru benar-benar kepo dan mulai belajar itu di bulan Mei 2020, yang akhirnya membawa saya untuk membuka rekening sekuritas di bulan Juni. Memang kalau orang sudah muncul rasa 'kepo', informasi itu akan terus dicari kemana-mana. Apalagi saat masa pandemi, dimana semua aktivitas dilakukan dari rumah, membuat semua orang akhirnya mencari kesibukan baru salah satunya belajar mengenai investasi saham.


Saya banyak belajar dari akun Instagram @ngertisaham, temen-temen yang mau belajar bisa langsung kesana. Adminnya baik dan lucu, menjelaskan saham dengan bahasa yang mudah dipahami. Awalnya saya membaca postingannya itu sangat bingung seperti orang bego, di kolom-kolom komentar banyak sekali yang mengobrol, dan saya tidak tau sedikitpun mereka ngobrolin apa, berasa orang paling bego di dunia yang mainnya kurang jauh. Hahaha. tapi itulah yang saya rasakan. Tapi gara-gara itu juga akhirnya rasa kepo saya semakin besar, kalau netizen-netizen ini bisa paham tentang saham, kenapa saya engga? Kemana aja saya selama ini? Terus jadi merasa malu ama diri sendiri. Ya begitulah.


Lama kelamaan perlahan-lahan saya mulai paham karena rajin membaca post, komentar netizen, IG story, blog, Youtube, dll. Ternyata banyak sekali ilmu bertebaran di dunia online tentang saham ini, duh saya kemana saja? Asal ada kemauan untuk belajar, pasti lama-lama paham dan bisa. Dan juga harus terjun langsung dengan cara membuka rekening sekuritas. Saya membuka rekening sekuritas di Indopremier lewat aplikasinya bernama IPOT. Diantara sekian banyak perusahaan sekuritas, saya memilih IPOT karena menurut saya dia cocok dengan kaum milenial. Deposit awalnya 0 rupiah, pembukaan akunnya full online, serta selalu mengadakan webinar dan live instagram mengenai tutorial aplikasi maupun ilmu saham. Well, bagus yah, kekurangannya dia agak mahal di biaya jasa nya dibandingkan dengan sekuritas lain. But, it's okay lah, mungkin itu harga yang harus dibayar nasabah karena fasilitasnya yang bagus.


Di bulan Juni 2020, harga-harga saham di Indonesia masih banyak yang jatuh alias masih diskon, jadi merupakan kesempatan emas buat yang mau koleksi, karena harganya pasti akan naik (kembali normal) ketika pandemi ini telah berlalu, sangat cocok untuk ditabung, sangat menggiurkan. Hahaha. Sebagai pemula, pasti sangat bingung, mau beli saham perusahaan apa? Karena pilihannya banyakkk sekali, hampir 700 emiten saham. Emiten mana yang bagus? Saya pun waktu itu juga bingung harus beli yang mana, bagaimana cara analisis perusahaan. Analisis fundamental, teknikal, istilah apa itu? Wahh pokoknya super bingung deh, banyak yang harus dipelajari! Hahaha.


Yah tapi super seru sih belajar saham ini, hehe. Buat saya ketagihan, hehe. Emiten pertama yang saya beli saat itu adalah PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) yang harganya 80ribuan. Pilih yang murah dulu untuk awam, beli 1 dulu, dan rasakan floatingnya. Saya juga membeli emiten PT Sarana Menara Nusantara Tbk. (TOWR) di harga 80rb an juga kalau tidak salah. Nah 2 saham inilah yang saya gunakan untuk belajar pengalaman, serta merasakan secara langsung floating harganya, pergerakan grafiknya, serta berita-berita/sentimen yang mengikutinya.Hampir 1 bulan merasakannya, disambi dengan belajar sana-sini, akhirnya saya berani untuk melangkah lebih jauh dengan membeli emiten-emiten lainnya yang cocok untuk investasi jangka panjang. Karena tujuan saya menabung saham ini adalah untuk biaya SMA dan kuliah anak saya, untuk dana pensiun kami kelak (kalo bisa sih pensiun dini, haha), dan untuk warisan kepada anak ketika kelak saya sudah meninggal. Karena warisan tidak melulu berbentuk rumah atau tanah, warisan dalam bentuk saham itu juga keren.


Dan sekian yang bisa saya bagikan tentang pengalaman saya dalam berinvestasi. Semoga bisa membawa manfaat dan membuka wawasan bagi para pembaca blog saya yang budiman. Hehe. Salam cuan!!!


BERWISATA DI TENGAH PANDEMI COVID-19: ORCHID FOREST CIKOLE, LEMBANG


Hari Minggu pagi, tepatnya di tanggal 5 Juli 2020, kami memutuskan untuk pergi berwisata ke Lembang. Sejak pertengahan Maret 2020, sudah 3 bulan lebih kami tak pernah berwisata. Pernah sih, tapi kayak cuma di mobil aja, ke tol Cipularang. Hahaha. Sedih ya, Corona memang benar-benar merubah gaya hidup kita sepanjang tahun 2020, atau mungkin bisa sampai 2021.

Kami berangkat dari rumah pukul 05.45, langit masih biru gelap. Sudah membawa 3 bungkus nasi uduk hangat untuk dimakan di perjalanan. Maklum, bawa toddler harus siap dengan amunisi, takut di jalan ga ketemu orang jualan, atau ga sempat beli. Jadi harus disiapkan amunisinya sebaik mungkin. Kami memilih melewati jalur Dago. Bisa juga lewat jalur Setiabudi kalau mau lebih enak jalannya. Tinggal ikutin Google Maps aja. Jalur Dago lebih ekstrim dengan jalanan yang sempit menanjak dan agak berbatu, lumayan lah buat city car hehe. Tapi lebih bebas macet daripada jalur Setiabudi kayaknya ya.

Sampai di Lembang sekitar pukul 7 pagi, kami mampir di Indomaret untuk beli minyak kayu putih dan sarapan bekal nasi uduk. Nyuapin si kecil bisa hampir 1 jam, belom nemenin BAK ke toilet. Pokoknya kalo bawa toddler mah gitu, harus berangkat pagi dan siapin segalanya dengan lengkap.

Sampai di Orchid Forest sekitar jam 08.30 dan masih sepiii. Asyiikk. Masih beberapa mobil saja yang sudah datang. FYI pintu masuk dibuka jam 09.00. Tapi kalau parkir sudah open sebelum itu ya. Saya lupa mencatat harga tiket masuk. Yang jelas kami membayar Rp 152.000,- untuk 3 orang dan parkir mobil. Setengah jam menunggu, akhirnya kami masuk juga. Di masa pandemi ini, Orchid Forest banyak menyediakan tempat cuci tangan. Sebelum masuk, kami dihimbau untuk cuci tangan, kemudian diukur suhu badannya, diberi masker gratis, dan ada bilik penyemprotan disinfektan. Semua tahapan ini harus dilalui sebelum masuk ke dalam tempat wisatanya. Protokolnya ketat yah.


Orchid Forest Cikole ini tergolong tempat wisata baru di Lembang, karena baru diresmikan pada tanggal 24 Agustus 2018. Hampir 2 tahun yah. Jadi propertinya masih bagus-bagus. Saat masuk, kita langsung disajikan dengan spot foto bertuliskan "Wonderful Indonesia - Orchid Forest Cikole". Keren yaak! Kalo mau foto harus antri dulu. Tapi berhubung kita pengunjung terpagi, jadi antrinya ga perlu lama-lama. Yes!


Setelahnya, sebagian besar pemandangan disini adalah hutan pohon pinus dan rerumputan yang luas, terawat dengan baik. Sign system yang dibuat juga sesuai dengan temanya yang alami, tidak norak, pokoknya cocok deh. Buat yang pengen refreshing dari penatnya hidup, saya sangat merekomendasikan tempat ini. Segar, dingin, pemandangan hijau dimana-mana. Pun sangat terawat dan instagramable.


Selain hutan pinus, ada juga tempat bernama Orchid House, merupakan rumah kaca yang berisi koleksi anggrek umum sampai anggrek langka. Bagi pecinta anggrek, wajib mengunjungi tempat ini. Terdapat pula kolam ikan dan spot foto yang instagramable di dalamnya. Seru kann.


Spot terakhir yang tak kalah menarik adalah Sky Walk. Ini sih spot paling oke dan seru menurut saya. Tapi dia berbayar yah, dikenakan tarif Rp 20.000,-/orang free flying fox.  Anak saya berhubung masih 3 tahun jadi gratis. Tidak direkomendasikan buat yang takut ketinggian, hehe.


Sepulangnya dari sini, pengunjung mendapatkan fasilitas penjemputan ke area parkir kendaraan dekat pintu masuk. Karena pintu masuk dan keluar nya berjarak jauh sekaliii dan jalanannya menanjak. Sampai di area parkir kendaraan sekitar jam 11 siang, area sudah dipenuhi oleh mobil parkir sampai meluber-luber keluar, dan kebanyakan kendaraan luar kota. Wah, untung kita sudah selesai. Jadi saran saya kalau mau berwisata kesini, lebih baik berangkat pagi-pagi ya gaes. Siang dikit bisa penuh dan bisa-bisa gak dapet tempat parkir. 

Jadi sekian pengalaman yang bisa saya bagi. Kalo kesini jangan lupa pakai jaket dan sepatu kets, jangan seperti saya salah kostum pakai sandal. Soalnya medan jalannya naik turun dan licin. Udaranya pun dingin bangettt dan beranginnn, mirip kayak di Batu, Malang. Oke, terima kasih sudah menyimak. Yang mau berwisata tetep jaga protokol kesehatan yah!




PENGALAMAN MENGIKUTI TES ELPT ITB 2020

Tes ELPT (English Language Proficiency Test) adalah tes Bahasa Inggris yang diadakan oleh ITB sebagai salah satu prasyarat mendaftar program Pasca Sarjana ITB. Saya mengikuti tes ELPT ini pada hari Jumat, 31 Januari 2020.

PENDAFTARAN
Untuk mendaftar, teman-teman bisa melakukan secara online di halaman ini. Disana akan ada informasi mengenai jadwal Test ELPT maupun TOEFL ITP. Setelah mengecek ketersediaan jadwal, silahkan cari tombol "Daftar" dan pilih "Tes", lalu pilih "Tambah Tes". Silahkan isi kolom yang disediakan.

Biaya pendaftaran tes adalah sebesar Rp125.000 (jauh lebih murah daripada TOEFL ITP, hehe) yang dibayarkan melalui transfer bank. Setelah membayar, jangan lupa simpan print out bukti pembayaran, atau kalau saya print saja history transaksi di internet banking. Nanti saat H-1 ujian, kita datang ke UPT Pusat Bahasa ITB untuk mengambil kartu peserta.

Saat mengambil kartu peserta, jangan lupa membawa print out bukti transfer, dan pas photo 3x4 sebanyak 1 lembar. Foto akan ditempelkan di kartu peserta kita dan distempel, untuk kita bawa ujian keesokan harinya.

PERSIAPAN
Hal-hal yang perlu dipersiapkan sudah pasti adalah BELAJAR. Saya hanya memiliki waktu 2 minggu saja untuk belajar. Dengan waktu singkat tersebut, saya belajar dari buku TOEFL terbitan ETS (kalau tidak salah) dan sisanya dari internet. Banyak sekali latihan soal yang tersedia di internet, latihan listening pun juga sudah banyak tersedia di Youtube. Pun juga banyak tips dan trik lulus TOEFL di Youtube. Pokoknya kita harus memanfaatkan semaksimal mungkin waktu dan fasilitas yang tersedia.

PERSIAPAN SAAT HARI-H
Tes saya dilakukan pada hari Jumat, 31 Januari 2020 pukul 13.30-15.40. Berhubung jarak kantor-ITB sangat dekat, saya berangkat jam 13.00 via Gojek. Tips untuk teman-teman, lebih baik kesana naik transportasi umum saja, kalau bawa kendaraan sendiri, harus parkir di Sabuga dan biasanya parkiran suka penuh, belum lagi kalau kena hujan, helm kita bisa basah. Gedung UPT Pusat Bahasa ITB terletak di dekat Jl. Tamansari, seberang parkiran Sabuga, ada gerbang masuk, tinggal masuk aja, dan gedung akan terlihat mentereng lurus dari gerbang masuk. Jangan sampai datang terlambat ya, maksimal 30 menit sebelum tes dimulai. Kemarin saat saya tes, peserta sebelah saya datang terlambat dong, dan saat tes dimulai, apalagi yang pertama kan Listening ya, doi angkat tangan dan manggil-manggil penjaga ujian, entah ada apa, jadi weh konsentrasi saya bubar jalan gara-gara ada yang terlambat. Jadi tolong ya jangan telat yah guys, hargai peserta lain yang datang tepat waktu.

PERALATAN YANG HARUS DIBAWA
  1. Pensil 2B (kalau bisa bawa lebih dari 1)
  2. Rautan pensil
  3. Penghapus
  4. Ballpoint hitam
  5. Kartu Peserta
  6. Kartu Identitas (KTP/SIM/Paspor)
  7. Air putih (kalau suka haus)
Bagi yang membawa tas ransel, tas harus diletakkan di depan kelas, jadi di meja kita hanya berisi alat tulis yang saya sebutkan di atas.Handphone juga harus dalam keadaan mati (saya pakai mode pesawat). Jangan lupa untuk BAK sebelum tes, karena saat tes kita tidak bisa kemana-mana, mengerjakan soalnya dikejar waktu.

TES DIMULAI
Soal tes ELPT terdiri dari 150 soal pilihan ganda.

Sesi 1 - Listening, terdiri dari 50 soal, dengan narasi berupa dialog dan monolog. Narasi sebagian besar bercerita tentang science dan history. Which is bagi saya itu susah memahaminya, apalagi dengan kemampuan vocab yang pas-pasan, hiks. Emang harus lebih giat reading dan listening Bahasa Inggris. Terutama narasi-narasi yang berhubungan dengan tema science. Ditambah lagi, suara naratornya sebagian kurang jelas, seperti kumur-kumur gitu, haha.

Sesi 2 - Structure, juga terdiri dari 50 soal, dan kalau ini memang harus sering-sering latihan soal dan reading. Saya tidak paham buku mana yang bagus untuk belajar, yang jelas saya hanya belajar dari buku soal TOEFL yang tebelnya segaban, dan bekal latihan dari internet. Haha. Tapi yang jelas, harus banyak belajar, belajar, dan belajar sih, agar kita terbiasa. Karena kalau cuma menghafal materi pasti kurang.

Sesi 3 - Reading, juga terdiri dari 50 soal. Untuk reading, saya ada beberapa tips yang bisa dipakai, yang saya dapatkan dari Youtube "Ben Pinter". Disana dijelaskan, untuk menghemat waktu, kita tidak perlu membaca semua bacaan baru mengerjakan soal. Kita langsung aja masuk ke dalam soal. Lalu kita cari kata kunci yang ada di soal tersebut, kata kunci tersebut kita cocokkan ke dalam bacaan, nah biasanya jawabannya ga terlalu jauh dari kata kunci yang ada di bacaan tsb. Paham ga maksudnya? Heheh. Pokoknya temen-temen liat aja deh di Youtubenya Ben Pinter. Disana dijelaskan secara detail dan gamblang, tips dan trik mengerjakan soal Reading. Untuk tema bacaannya pun juga tak jauh-jauh dari science, sejarah tentang Amerika, dan pengetahuan umum lainnya.

Tes selesai pukul 15.40, rasanya pikiran dan tenaga saya terkuras sehabis-habisnya setelah tes ini (lebay :p). Tapi emang iya lho.

HASIL TEST
Hasil tes keluar hari Senin siang, bisa dilihat di website UPT Pusat Bahasa ITB. Alhamdulillah saya mendapatkan skor 105 dari batas minimal 77 yang disyaratkan ITB untuk jenjang magister. Next saya mau mengikuti tes TOEFL ITP untuk syarat beasiswa. Semoga dimudahkan dan dilancarkan semua urusan kita. Buat temen-temen yang mau tes, semangat yaa belajarnya, semoga mendapatkan nilai yang maksimal. Aamiinn.

FAMILY ROAD TRIP TO YOGYAKARTA


Akhirnya kesampaian juga liburan di tengah kesibukan kerjaan dan drama kantor. Hahaha. Liburan itu penting loh guys, buat refresh otak dan hati dari rutinitas sehari-hari yang itu-itu saja. Minimal, minimal loh yaaa, setahun sekali bareng keluarga, atau sama temen. Tapi kalo bagi saya sama keluarga, buat semakin mempererat  kebersamaan. Kalo sama temen jatohnya sunnah. Itupun kalo ada temennya, kalo ada duitnya, kalo ada waktunya, dan kalo gak digandoli sama suami dan anak. Duh susah ya jadi emak-emak.

Kenapa Yogyakarta?
Oke, jadi kali ini kami memilih Yogyakarta sebagai destinasi wisata kami. Sebenernya sih lebih karena Yogya merupakan salah satu destinasi wisata yang menarik di Indonesia, banyak yang bisa di-explore, dipelajari, dan kota yang menurut saya ramah wisatawan dengan harga yang terjangkau. Jarak Bandung-Yogya juga ga seberapa ya kan, bisa pakai moda transportasi apapun. Kali ini kami sengaja mau pakai mobil pribadi aja, biar enak kemana-mana, ga rempong, karena kami bawa toddler yang bisa mendadak cranky dimana saja. Wkwkwk. Dan kalau pakai mobil sendiri itu kita bisa nge-setting sendiri mau kemana, mau sampai jam berapa.

Persiapan
Dua minggu sebelum keberangkatan saya sudah booking 3 hotel yang berbeda. Karena rencananya kami akan stay 4D3N di sana. Hotel ditentukan sesuai dengan lokasi wisata yang ingin kita kunjungi. Jadi sebelum book hotel, kita susun itinerary dulu selama 4 hari disana mau ngapain dan kemana aja. Kalo udah, baru cari hotel yang dekat dengan wisata kita.

Seminggu sebelum keberangkatan, saya sekeluarga rutin minum multivitamin (kami minum Sambucol Family) dan makan yang bener, biar sehat terus sampai hari H. Karena kalau udah sakit pas mau liburan itu..wahh merusak mood banget deh, ga enak segala-galanya. Makanya saya paling concern masalah kesehatan keluarga kalo pas mau liburan. Gimana caranya jangan sampe ada yang sakit. Karena dulu pernah juga road trip ke Jawa Timur, kondisi anak lagi flu. Dan itu jadi kacau deh segala-gala, ga enak mood pokonya.

Persiapan lainnya ya standard sih barang bawaan seperti baju, camilan buat di jalan, kamera, stroller, dan sedikit oleh-oleh buat saudara di Magelang. Oh ya kami juga memasang kasur angin di jok belakang, biar anak bisa tidur pulas, sekalian bawa bantal, selimut, dan boneka kesayangan. Haha, mantab khan.

ITINERARY
DAY 1
Perjalanan Bandung-Yogyakarta
Berangkat dari rumah Bandung hari Sabtu pagi sekitar pukul 06.30, beli oleh-oleh sebentar, dan cuss kita masuk gerbang tol via Buah Batu. Jangan lupa isi e-toll ya guys, saya isi Rp600.000, nanti akan saya runut detail pengeluaran tolnya. Di tengah jalan di sekitar tol Cipali, mobil sempat mengalami masalah, tiba-tiba setir bergetar hebat saat digas dengan kecepatan 100-120 km/h. Suami langsung badmood dan stress, akhirnya kita melipir dulu ke service center di Cirebon, KM 190-an. Sampai di service center pukul 11.00, setelah dicek ternyata mobil harus di spooring & balancing. Waduh, kesalahan nih, belom ngecek kesehatan mobil. Haha. Akhirnya kita harus menunggu sampai jam 12 baru kelar deh. Jadi buat yang mau liburan road trip, jangan lupa cek kesehatan mobilnya ya!

Selesai servis, karena udah waktunya makan siang, akhirnya kita berhenti di Sop Ayam Pak Min Klaten, untung sejalur dengan arah ke gerbang tol. Dan Alhamdulillah anak saya mau makan, cucok banget deh Sop Pak Min, sayang di Bandung ga ada. Selesai makan, jam 1 siang kita lanjutkan perjalanan, dan sampai di gerbang tol Bawen sekitar jam 4 sore. Saya keluar gerbang tol Bawen karena ikut Google maps aja, soalnya destinasi wisata pertama kita mau ke candi Borobudur.

Detail biaya tol (nominal dibulatkan):
Buah Batu-Kalihurip        : Rp60.000
Cikampek-Palimanan       : Rp102.000
Palimanan-Kalikangkung : Rp215.000
Banyumanik-Bawen         : Rp44.000
Total                                  : Rp421.000 (kurang lebih)

Homestay Anugrah Borobudur
















Sampai di homestay sekitar jam 7 malam. Kita menginap di Homestay Anugrah, ga sampai 2 km ke pintu masuk candi Borobudur, karena rencananya kita mau ikut tour Borobudur Sunrise. Homestay ini enak banget, nyaman, berasa di rumah, daerah sekelilingnya juga enak, luas, ada Indomaret, ATM, dan pedagang kaki lima kalau mau beli makan tinggal jalan kaki. Malam itu kami jajan bakmi goreng dan nasi goreng, murmer buanget cuma 15ribuan porsinya buanyak banget dan rasanya ga usah ditanyaa!!

Oh ya, homestay ini kami book yang kelas Ekonomi 1 via Traveloka, harganya Rp188.000 saja. Fasilitasnya sarapan, amenities lengkap, air panas di termos, kopi teh gula, air putih, cuma dia pakai kipas angin yah, bukan AC. Tapi its okey kok. Tempatnya juga bersih banget, rapih. Recomended buat yang mau wisata ke Borobudur dengan harga terjangkau.

DAY 2
Wisata Borobudur Sunrise
Kami berangkat jam 03.45 menuju Manohara Resto untuk beli tiket Borobudur Sunrise. Sengaja emang, pengen ke Borobudur subuh-subuh, menghindari panas dan keramaian pengunjung, biar bisa puas foto-foto dengan menikmati udara segar. *tim anti panas-panas club. Dan saya juga bawa toddler, bisa kebayang capenya jagain toddler sambil panas-panas. Duh nyerah deh.

Harga tiket Borobudur Sunrise untuk wisatawan domestik adalah Rp350.000 udah include sarapan. Untuk tutorial Borobudur Sunrise ada disini ya. Kita naik candi pukul 04.30 setelah solat Subuh. Rasanya gimana gitu, menapaki tangga candi Borobudur dengan kegelapan di subuh, wah ga bisa dibayangin dengan kata-kata pokonya. Sampai di stupa paling atas, sudah banyak turis disana, kebanyakan didominasi oleh turis asing. Turis lokalnya cuma bisa dihitung dengan jari, haha, saya jadi berasa wisata ke luar negeri.
Dan ternyata hari itu kami semua lagi ga hoki, karena sunrise nya ga keliatan, langitnya mendung. Tiba-tiba udah terang aja langit. Akhirnya yaudah kami poto-poto di sekitar candi, mumpum sepi pengunjungnya, dan cahayanya pas bagus. Turun dari candi sekitar pukul 06.30, kami menuju Manohara Resto dan sarapan disana. Sarapannya enak banget khas hotel bintang 4.

Kelar sarapan, kami berjalan-jalan mengelilingi area taman di sekitar candi. Enak banget suasananya, area tamannya luas, aspalnya bagus, pemandangan hijau, dan ternyata juga ada penangkaran gajah dan rusa. Anak saya suka sekali melihat gajah, dan memberi makan rusa. Rusanya jinak sekali, dikasih makan rumput langsung mau. Wkwkwkw.
Puas jalan-jalan mengelilingi area Borobudur, kami cuss balik ke homestay. FYI, area parkir untuk wisatawan Borobudur Sunrise ini sangat luas dan tidak terlalu padat, jadi enak banget, karena pintu masuknya juga berbeda dengan pintu masuk yang reguler. Jadi mungkin areanya khusus ya, pas kami keluar gerbang juga santai, tanpa antri dan bayar, langsung aja keluar gitu. Kemudian saat kami melewati gate reguler, woaahhh di dalamnya padat sekali, banyak bus-bus wisata dan mobil serta orang jualan gitu, semacam chaos. Jadi bayar mahal untuk Borobudur Sunrise menurut saya worth it yah dengan fasilitas seperti ini.

Hotel Satoria
Kelar check-out dari homestay, kami lanjutkan perjalanan menuju Yogyakarta karena destinasi selanjutnya adalah candi Prambanan. Sebelum ke Prambanan, kami check-in dulu ke hotel Satoria, yang letaknya tidak jauh dari candi Prambanan, sekitar 11 km tapi ngga macet yah. Hotel bintang 4 yang meraih Award Top Choice of Agoda Travelers 2018 ini sedang di-diskon gede banget dengan rate 200ribuan. Murah khaann. Padahal rate aslinya bisa 1 jutaan, lumayan pas ada promo di Agoda jadi langsung cuss booking. FYI setelah proses booking ketambahan biaya pajak dll jadi 400ribuan, tapi ngga papa, masih sangat worth it untuk hotel mewah sekelas Satoria ini. Kami pesen kamar tipe Superior King Room. Kamarnya nyaman, yah standard bintang 4 lah ya. Kasur gede empuk, ada sofa panjang, amenities lengkap, kulkas, safe deposit box, hair dryer, kopi teh gula, air mineral, electric kettle, dan TV.

Candi Prambanan
Setelah gogoleran sebentar di kamar dan makan siang via Gofood, jam 2 siang kami berangkat menuju Candi Prambanan. Perjalanan hotel Satoria ke Prambanan hanya memakan waktu sekitar 20 menit saja. Sampai disana, parkirannya sangat luas dan lega, jadi ngga usah khawatir ga kebagian parkir. Sebelum beli tiket masuk, kami solat Ashar dulu supaya lega nanti ye kan jadi bisa explore sepuasnya kalo udah sholat. Tiket masuk ke Candi Prambanan (Sept 2019) adalah Rp50.000 untuk wisatawan domestik dewasa. Anak saya gratis karena masih di bawah 3 tahun. Oh ya, jangan lupa bawa stroller ya kalau anaknya masih toddler dan anda malas menggendong, soalnya area Candi Prambanan ini luas banget, tapi stroller friendly.
Kami menghabiskan waktu sampai jam 17.30 di candi ini. Karena secantik ituh, seluas ituh, dan senyaman ituh buat wisatawan. Dan memang sengaja menunggu sunset untuk pepotoan. Wah keren banget sunsetnya, tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Pokoknya klo wisata ke candi, saran saya pagi-pagi sekali, atau sore sekalian sampai sunset. Dapet nyamannya, dapet udara segernya, dapet viewnya, dapet foto kerennya.
Berjalan menuju pintu keluar, kita disuguhi dengan berbagai toko oleh-oleh khas Jogja. Mulai dari batik, baju bertema Prambanan, gantungan kunci, magnet kulkas, aksesoris, tas, alat musik, hiasan dinding, dan banyakk lagi macamnya, harganya juga murmer abiss. Gantungan kunci cuma seribuan. Kami belanja baju, gantungan kunci, dan alat musik buat mainan anak. Overall, candi Prambanan ini sangat-sangat layak dan recomended buat dikunjungi. Terutama di sore hari, karena sunsetnya sebagus itu, matahari ada di balik candi dengan sinar mega merah yang sangat indah. Aduh, saya gagal move on!

DAY 3
Taman Tebing Breksi
Keesokan harinya, kami berencana ke Tebing Breksi pagi-pagi sekali. Kami berangkat jam 6 pagi dari hotel, tujuannya cuma satu, supaya gak panas-panasan disana. *tim anti panas-panas club. Lokasi tebing Breksi dekat juga dengan candi Prambanan. Tiket masuk (parkir) Rp15.000 (Sept 2019). Jalan menuju tebing Breksi ini cukup menanjak ya guys, jadi harus pakai gigi rendah. Makanya sebenernya enakan kesana pagi-pagi banget, biar jalanan sepi, karena kalo nanjak dan rame itu yaah menakutkan, hehe.
Hari itu Senin pagi, dan pengunjungnya cuma kami, jadi bisa puas pepotoan, serasa tebing Breksi hanya milik kami. HAHAHA. Tebing Breksi ini merupakan area bekas penambangan, dan disulap jadi tempat wisata yang oke. Di spot pertama ada kolam ikan, ikannya banyak banget, anak saya suka sekali ngasih makan ikan. Namun ada yang membuat kami sangat sedih, kolam ikan satunya yang ada di balik batu, banyak sampah plastik dan tutup botol air mineral, padahal disitu banyak ikannya. Rasanya kontras gitu, ingin marah sama wisatawan yang ga punya hati, bisa-bisanya buang sampah di kolam. Sedih banget loh guys, klo kalian jadi wisatawan please jaga dan sayangi tempat wisata dan makhluk yang hidup di sekitarnya.

Puas bermain di kolam ikan, kami naik ke atas tebing, lumayan cape juga karena tinggi banget untuk sampe ke atas. Di atas banyak sekali spot foto yang bagus meskipun agak alay. Spot foto yang dibuat-buat gitu seperti outdoor photo studio lengkap dengan propertinya, seperti angel wings, sepeda, kursi, pintu langit, dll. Kebayang kan yah. Jadi yang pepotoan disini dapet view langit yang keren, seperti foto di atas awan. Gitu. Selebihnya sih ya cuma tebing biasa.

Setelah kurang lebih 1 jam kami explore dan pepotoan di tebing Breksi, kami pun kembali pulang ke hotel untuk sarapan, packing, dan check out. Sarapannya enak banget, mirip seperti di Manohara, sarapan khas hotel bintang 4. Pokonya hotel Satoria ini recomended buat yang mau wisata ke candi-candi di Yogya dan tebing Breksi.

Tempo del Gelato Prawirotaman
Setelah check out, kami melanjutkan perjalanan ke pusat kota Yogyakarta. Berhubung siang itu sangat panas, kami mendinginkan diri dengan makan es krim di Tempo del Gelato, daerah Prawirotaman. Es krimnya enak banget, untuk small cup harganya Rp20.000 dengan 2 macam varian rasa yang bisa dipilih. Small cup bagi saya sudah lebih dari cukup sih, karena isinya lumayan banyak. Oh ya, untuk yang bawa mobil, bisa parkir di seberang kedai ini ya, ada keterangannya kok "tempat parkir pengunjung Tempo del Gelato" gitu. Soalnya pas pertama kesana kami bingung, jalannya sempit dan seperti tidak ada parkiran mobil. Tapi ternyata ada, maju dikit di seberangnya.

Keliling Area Keraton dengan Becak Motor
Kelar makan es krim, sambil menunggu waktu check-in hotel selanjutnya, kami memutuskan untuk jalan-jalan keliling area keraton naik becak motor. Saat kami parkir di dekat pintu masuk keraton ada kang becak yang menawarkan diri untuk mengantarkan kami keliling area sekitar keraton sekalian kalau mau beli oleh-oleh, gitu katanya, harganya cukup Rp20.000 saja. Ya sudah, langsung kami iyakan. dan kami pun diantar dengan destinasi pertama adalah toko oleh-oleh Bakpia 99. Kami beli 3 box bakpia yang masih hangat.Destinasi kedua adalah toko kaos khas Jogja yang menurut si kang becak, ilustrasinya merupakan karya asli abdi dalem keraton. Yasudah kami pun menurut beli kaos buat anak dan ayahnya. Harganya lumayan juga, kaos anak 50ribuan, kaos dewasa 85ribuan ke atas. Kalo menurut saya malah desainnya standard aja sih, bahan kaosnya tapi lumayan bagus. Its okey, lumayan buat kenang-kenangan dari Jogja.
Destinasi ketiga adalah toko lukisan gitu, karya lukisan para abdi dalem. Lukisannya lebih ke budaya-budaya gitu, ada asmaul husna juga sih. Akhirnya kita cuma lihat-lihat saja sambil mendengar penjelasan pemilik toko. Dan selesailah perjalanan bersama kang becak. Kita berhenti di dekat alun-alun utara, disini ada penjual batik pinggir jalan, saya beli 1 batik untuk anak saya, harganya Rp35.000. Pas liat cocok langsung gercep beli, takut ga ketemu lagi yang cocok, dan siang itu panass bangett jadi musti cepet. Kelar beli batik, kami sholat dulu di Masjid Gedhe Kauman, masjid kesultanan Yogya yang arsitekturnya 'jawa' banget. Selesai sholat, kami naik dokar menuju parkiran mobil tadi. Karena itu tengah hari banget, dan rasanya udah ga kuat lagi buat jalan kaki ke parkiran, yaudah kita putuskan naik dokar sekalian pengalaman baru buat anak. Tarif dokar adalah Rp50.000, padahal deket. Yasudahlah ya, wkwkwk.

YATS Colony
Jam 14.30 kami tiba di hotel selanjutnya, YATS Colony. Hotel bintang 3 yang ngehits banget di Jogja, yang mana tamu-tamunya kadang berasal dari artis ibukota. Meskipun bintang 3, tapi hotel ini rate harganya agak mahal juga. Kami booking tipe RA Room, yang pool view lantai 2, dengan rate Rp735.000 (udah sama diskon di Booking.com) per malam. Meskipun mahal, tapi hotel ini keren bangeettss arsitekturnya, perkawinan seni kontemporer dan budaya lokal Jawa. Jadinya ya gitu deh, memanjakan mata banget, meskipun areanya kecil tapi nyaman dan homy abis. Kamarnya didesain sedemikian rupa, perintilannya pun juga aduh ciamik dan cantik, ngga seperti hotel standar gitu, dan dia less plastics loh. Tidak menggunakan air mineral botolan, tapi lebih memilih botol dan gelas kaca serta bisa diisi ulang di dispenser yang disediakan di luar kamar. Keren kan. Tidak disiapkan kopi teh gula di kamar, tapi disiapkan di luar dekat dispenser dengan memakai toples gitu, jadi tamu bisa ngeteh atau ngopi sepuasnya. Ini hal sepele, tapi bagi saya menyentuh. Amenities pun lebih lengkap daripada hotel bintang 4 sebelumnya. Ada sisir, alat cukur, dan pasta giginya pakai Pepsodent dong! Biasanya kan pasta gigi kecil tanpa merk gitu wkwkwkwk. Sandalnya juga ngga abal-abal kertas putih tipis, tapi kayak sandal swallow gitu warnanya kuning. Ahhh so sweet.

Yang enak lagi itu juga bednya, jadi ga semata cantik di mata, tapi kenyamanan tamu itu benar-benar diperhatikan. Bed nya, aduhh saya ga bisa berkata-kata, empukkk buangett. Sekali rebahan susah buat bangkit lagi. HAHAHA. Lebay luuuhh. Tapi emang senyaman itu guys. Swimming pool nya juga asyik, meskipun kecil tapi cukup lah, ada kids pool nya juga, dikelilingi dengan tanaman hijau rimbun gitu. Trus kalo untuk breakfast menurut saya standard aja sih, taste nya standard, masih enak hotel-hotel sebelumnya. Overall sih bagi saya ini enak dan nyaman buat stay dan pepotoan, banyak spot instagramable.

Malioboro
Malamnya rencana kita mau jalan-jalan ke Malioboro terus kulineran gudeg mercon. Tapi setelah sampe Malioboro ternyata waduh chaos banget, susah cari parkiran. Akhirnya kita cuma bentaran aja di sini, pepotoan di perempatan deket bank BNI dan kantor pos. Ajubileee rame banget, padahal ini Senin malam lho. Dan memang kata temen yang warga Jogja, Malioboro memang selalu ramai tak mengenal hari. Makanya mereka malas kalo malem-malem keluar ke Malioboro. Ohh, jadi begitu, baru tau saya. Akhirnya keinginan pepotoan di plang Jl. Malioboro harus pupus. Keinginan belanja juga pupus. Untung kemarin udah beli baju Jogja. jadi ga terlalu nyesel ga jalan-jalan di Malioboro. Karena emang seramai itu, jadi mager, apalagi bawa toddler.

Gudeg Mercon bu Tinah
Setelah dari Malioboro, kita ke Gudeg Mercon bu Tinah, kuliner legendaris di Jogja yang baru buka jam 21.00. Saya taunya dari Youtube nya Nex Carlos, jadi cuss deh kesitu. Pas nyampe sana masih jam 20.45, tapi antriannya udah panjang. Waooww. Setengah jam kemudian akhirnya kita bisa cicipi juga nih gudeg, mereka menyediakan tikar-tikar di sekitar trotoar, jadi makannya di pinggir jalan gitu. Menurut saya gudegnya emang enak banget tapi pedesnya itu wow sih, saya ga habis saking pedesnya. Tapi kata suami, pedesnya ga terlalu. Dan emang nagih, rasanya terngiang-ngiang meskipun pedes, wkwkwk. Mereka juga menyediakan lauk lainnya seperti sate ayam, ceker, tempe goreng, dll. Saya cobain sate ayamnya, enakk banget bisa buat tombo pedes, sambil menyeruput teh manis hangat, uuww mantaab.

DAY 4
Beli oleh-oleh di Mamahke Jogja
Pagi harinya, kami sempatkan renang dulu sebelum packing dan sarapan, yah gak mau rugi lah ya udah bayar mahal masa fasilitasnya ga dicobain satu-satu. Kami check-out dari Yats sekitar jam 8.30 pagi, karena hari ini sudah saatnya pulang ke Bandung. Sebelum pulang, kami mampir ke toko oleh-oleh Mamahke Jogja milik Zaskia Mecca. Beli kue Mamahke, dan snack-snack UKM macam keripik usus dan wader. Harga kue Mamahke adalah Rp60.000, sedangkan snack UKM nya kisaran Rp25.000. Lumayan juga ya harganya, tapi gapapalah, mumpum di Jogja, besok-besok harus hidup hemat lagi. HAHA.

Kalo menurut saya sih rasa kuenya enak standar aja, dia semacam bolu kotak yang di dalamnya ada pastry dan coklat. Coklatnya lumayan enak sih tapi. Yang lebih enak lagi ternyata snack UKM nya, ga salah harganya segitu, rasanya emang mantab abiss, cocok buat camilan di perjalanan mengusir rasa kantuk.

Perjalanan Pulang
Kelar beli oleh-oleh, kami langsung pulang. Masuk melalui gerbang tol Boyolali, berikut rincian biaya tol:
Boyolali-Banyumanik          : Rp61.500
Kalikangkung-Palimanan     : Rp212.500
Palimanan-Cikampek           : Rp117.000
Kalihurip Utama-Buah Batu : Rp45.000
Total                                      : Rp436.000

Untuk bensin, saya lupa menghitung tapi kalau ga salah ingat, kita habis 1 jutaan PP dan keliling kota Yogya selama 4D3N. Jadi total biaya transport adalah hampir 2 juta ya untuk bulan September 2019.

Ex Pabrik Gula Banjaratma (KM 260 arah Bandung)
Kami sempat mampir di Brebes untuk beli telor asin bakar, karena emang udah direncanain dari awal, pulangnya mau beli. Bukan keluar tol ya, tapi kami melipir di rest area KM 260 di kota Brebes. Di pinggir tol ada iklan telor asin YES, jadi langsung cuss. Dan ga taunya, rest area ini ternyata keren bangeet meen. Ada bekas bangunan pabrik gula yang direvitalisasi jadi tempat untuk berjualan, namanya ex pabrik gula Banjaratma. Dalamnya sangat luasss, sampe ada kandang burung sebesar di kebon binatang. Pokoknya keren banget, banyak spot foto instagramable. Ada juga masjid yang arsitekturnya disamain dengan bangunan pabrik, ada lokomotif jadul sebagai hiasan di sebelah masjid. Keren lah pokoknya. Di dalamnya banyak kios yang berjualan oleh-oleh khas Brebes, seperti telor asin, bawang merah, dan oleh-oleh khas Jawa Tengah lainnya. Ada juga kios makanan, bazaar baju, Indomart, dan Alfamart, lengkap lah pokoknya, tapi sayang kami disana pas siang, jadi agak panas karena di dalamnya pake kipas angin.

Selesai beli telor asin bakar, kami melanjutkan perjalanan pulang, dan sampai di gerbang tol Buah Batu sekitar jam 7 malam. Sampai rumah jam 8 malam, gara-gara macet di Bandungnya. Kata suami, nyetir di tol malah ga kerasa capek sama sekali, capeknya malah pas nyetir di dalam kota Bandung. Hadeuh, semacet ituuh kota Bandung saat ini..

Alhamdulillah, sampai rumah dengan selamat, dan sudah bisa dipastikan saya gagal move on dari liburan ini. Jadi sekian yah cerita perjalanan yang bisa saya bagikan, semoga bermanfaat bagi siapapun yang sedang merencanakan family trip ke Jogja, bisa dicontoh itinnya, dijamin enak mantab! Selamat berlibur!

((SHARE)) PEMBENGKAKAN GINJAL DAN PERJALANAN SAYA BERSAMA SPESIALIS UROLOGI



Hidronefrosis? Apa itu? Yap, ia adalah sebuah kondisi dimana ginjal mengalami pembengkakan. Seperti yang sedang saya alami di tahun ini.

AWAL CERITA
Hidronefrosis yang saya derita tidak memiliki gejala sakit sedikitpun, hingga saya tak sadar sedang mengalami pembengkakan ginjal, sampai ... perut kanan bawah tiba-tiba terasa sakit banget. Sampai berjalan pun tidak bisa. Curiga mengalami usus buntu, hari itu juga saya pergi ke RS Hermina Pasteur, dan langsung menuju ke dokter spesialis penyakit dalam.

Setelah antrian saya tiba, saya dipanggil masuk dan bertemulah dengan dr. Adam Iskandar, Sp.PD. Kemudian saya ceritakan kronologisnya, dan beliau memeriksa perut kanan bawah saya dengan menekan-nekannya. Dan saat ditekan, sakitnya luar biasa, Dokter mengatakan, saya bisa saja terkena usus buntu kronis. Tapi untuk tindakan selanjutnya, saya disuruh untuk melakukan tes darah, urine, dan USG bagian perut bawah.

Sambil menunggu hasil tes darah dan urine, saya bergegas lagi menuju laboratorium Radiologi untuk melakukan USG perut. Dari sinilah semua permasalahan itu mulai terkuak. Dokter Radiologi yang sedang memriksa saya dengan alat rontgen-nya, tiba-tiba tersentak kaget ketika melihat ginjal kiri saya. Sambil terkaget-kaget, dia berkata, "loh, ini kok ginjalnya bengkak besar banget??? ini udah stadium 2-3!" gitu katanya. Lah dokternya aja kaget, apalagi saya? Huhuhu. Sambil masih terkaget-kaget, beliau menjelaskan kalau ginjal bengkak seperti ini bisa disebabkan oleh dua hal, yakni adanya batu dan penyempitan saluran ureter.

Beliau langsung menyuruh saya untuk melakukan foto rontgen dengan biaya gratis jika beliau tidak menemukan penyebab ginjal saya yang membengkak. Aduh, dokter baik banget, batin saya. Saya langsung disuruh memasuki ruangan sebelah yang merupakan ruangan foto rontgen. Alat foto rontgen nya berupa meja kotak yang terbuat dari kaca, lalu di atasnya ada semacam alat yang sangat besar untuk menangkap gambar. Kemudian saya pun disuruh untuk mengganti baju dengan baju berwarna hijau dari lab. Proses foto pun berjalan cepat, kita hanya disuruh ambil nafas, menghembuskannya sedikit, dan menahannya selama beberapa detik. Lalu alat akan mengambil gambarnya.

Selesai foto, hasilnya sudah bisa langsung dilihat. Di depan ruangan foto, dokter Radiologi dan para asistennya sedang mengerumuni layar komputer yang menunjukkan hasil rontgen saya. Dan kata dokter, ia tidak menemukan ada batu ginjal, namun ia sendiri tidak yakin 100%, karena perut saya saat itu penuh dengan kotoran yang menghalangi dokter dalam membaca hasil foto. Memang sebelum foto, kita diharuskan untuk puasa dulu semalam sebelumnya. Namun karena ini mendadak banget, jadi memang hasilnya kurang valid. Jadilah rontgen tadi biayanya gratis, padahal sepertinya bisa habis jutaan tuh, xixixi.

Apapun yang terjadi, sebagai dokter Radiologi, beliau sudah menjalankan tugasnya dengan sangat baik, sampai menyuruh saya untuk rontgen gratis. Thanks dokter, you're the best. Beliau bilang, semua hasil dari rontgen dan tes darah serta urine, biar dokter penyakit dalam yang menyimpulkan. Begitu katanya.

Saya bawalah semua hasil lab tersebut ke dr. Adam, setelah membaca hasil lab,beliau menjelaskan panjang lebar yang saya hanya setengah mengerti saja, hikshiks, yang pada intinya hari itu juga saya disuruh rawat inap untuk tindak lanjut ginjal yang membengkak, serta perawatan yang akan melibatkan tiga ((TIGA)) dokter spesialis, yakni penyakit dalam, kandungan, dan urologi. Lalu bagaimana dengan usus buntu saya? Dari hasil USG, ternyata tidak ditemukan usus buntu, jadi sakit perut saya tadi entahlah disebabkan karena apa.

Berhubung saya tidak bisa se-mendadak ini untuk melakukan rawat inap, akhirnya saya menolak menyetujuinya.Ya gimana tidak, saya kan harus pulang dulu, cerita ke keluarga saya, memperiakan baju dan kelengkapan lainnya. Akhirnya hari itu saya pulang dan membawa hasil tes lab sekaligus. Saya berencana pindah ke RS Hermina Arcamanik yang lebih dekat dengan rumah. Intinya mencari opsi kedua, apakah benar memang se-urgent itu hingga harus rawat inap?


TINDAKAN
(1) Konsultasi Dokter Spesialis Urologi
Di RS Hermina Arcamanik, saya mengawali konsultasi dengan dr. Yeny Tanoyo, Sp.PD. Beliau mengatakan sakit perut kanan bawah saya mungkin merupakan alarm tubuh bahwa ada yang tidak beres. Dan memang benar adanya, hehehe. dr. Yeny merujuk saya ke dr. Stephen Kuswanto, Sp.U (alias suaminya, wkwkwk), yakni dokter spesialis yang khusus menangani penyakit kemih.

Keesokannya saya konsul ke dr. Stephen, dan setelah membaca hasil rontgen saya, memang benar ginjal saya sudah mengalami pembengkakan yang sangat besar, lalu beliau menyuruh saya untuk melakukan CT-SCAN.

(2) CT-SCAN
 Sebelum CT-SCAN, saya diharuskan untuk puasa malam sebelumnya, dan hanya boleh minum air putih. Tak hanya puasa, saya juga harus minum obat pencahar Dulcolax yang waktu minumnya sudah ditentukan oleh petugas di bagian Radiologi rumah sakit. Obatnya ada dua macam, obat minum dan obat suppository (yang dimasukkan lewat dubur). Efeknya sungguh dahsyat, BAB bisa sampe 7-8 kali, hahaha. Tujuannya memang untuk membersihkan perut yaa, agar terlihat jelas saat difoto nanti.

Tiba waktunya untuk CT-SCAN, dan saya diharuskan mengganti pakaian dengan pakaian hijau rumah sakit, lalu berbaring di sebuah alat yang sangat besar. Alatnya berbentuk donat raksasa. Seperti di film-film gitu rasanya, haha. Cara kerjanya, nanti dari alat donat raksasa itu akan mengeluarkan bunyi instruksi seperti "tarik nafas", "hembuskan", dan "tahan". Dan tempat tidur yang kita baringi akan berjalan maju mundur di antara donat. Wah saya deg-degan banget, karena alatnya besar banget, takut kenapa-kenapa, macet di tengah jalan apa gimana. Huhu. Saya disuruh memejamkan mata oleh petugas selama pemeriksaan berlangsung. Tapi saya bisa merasakan, di dalam alat donat itu banyak sinar garis-garis berwarna merah (infared mungkin ya). Dan  mesin raksasa yang berputar. Wah ngeri pokoknya, mending tutup mata aja deh. Untungnya saya masih bisa mendengar dan memahami instruksi dari mesin, karena suaranya itu kuecil banget. Huft. Bagi anda yang belum pernah CT-SCAN (jangan sampai lah ya) sebelum anda bingung dan bertanya-tanya, saya jelaskan ya. Intinya anda berbaring di tempat tidur, kemudian tempat tidur itu akan bergerak masuk ke alat donat raksasa. Pejamkan mata anda, di dalam donat, akan ada suara instruksi mesin: "tarik nafas", "buang", "tahan". Dan ini menahan nafasnya lamaa sekalii, beberapa detik gitu, sampai saya hampir ga kuat. Jangan buang nafas sebelum ada instruksi "buang nafas..". Begitu yaah.

(3) OBAT
Hasil CT-SCAN keluar sekitar 3 hari setelahnya. Dan hasilnya menunjukkan memang ada pembengkakan ginjal kiri stadium 2-3, diikuti dengan adanya batu berukuran kurang dari 5 mm. Hasil tersebut saya bawa ke dr. Stephen, dan akhirnya dilakukan tindakan rawat jalan dan saya diresepkan obat bernama Urief Silodosin 4mg. Obat ini diminum 2x1 hari, ia memiliki efek relaksasi di saluran ureter, sehingga batu yang menyangkut diharapkan bisa keluar bersama urin. Kata dokter, sebenarnya saya boleh memilih mau melakukan prosedur rawat jalan (minum obat) atau mau langsung operasi. Namun dokter menjelaskan, kalau sesuai prosedurnya, tindakan pertama untuk pasien dengan kasus saya ini adalah melakukan rawat jalan dulu, baru jika tidak berhasil, dilakukan tindakan operatif. Dan baiklah, saya ikut prosedur saja.


FYI, harga obat ini di apotek Kimia Farma adalah Rp87000 per butir (Mei 2019). Di RS saya dijual jauh lebih mahal, bisa selisih hampir 300.000 sekali resep. Jadi saya sarankan harga di apotek KF itu sebagai acuan jika mau membeli obat ini.

(4) TINDAKAN OPERASI I (April 2019)
Selama satu bulan minum obat, tidak ada sedikitpun batu yang keluar bersama urin. Akhirnya pun, saya harus menjalani operasi (endoskopi), yakni dengan tindakan memasukkan kamera kecil ke dalam saluran kencing, dan jika ada batu maka akan dilaser oleh dokter.

Pra-operasi, saya diwajibkan untuk menjalani tes urin dan tes darah yang lebih lengkap. Dan seminggu kemudian, akhirnya saya menjalani operasi selama kurang lebih dua jam, dengan dibius total.

TERNYATA, hasil dari operasi selama 2 jam tsb adalah, dr. Stephen menemukan penyempitan saluran ureter di sekitar 1/3 pajang ureter dari bawah, yang menyebabkan kamera tidak bisa melewatinya. Saluran yang menyempit tersebut sempat berdarah karena kamera berusaha menerobos, namun dokter tidak bisa memaksakan masuk, jadi akhirnya harus dipasang DJ Stent (istilah awamnya selang) yang ukurannya memang lebih kecil dari kamera. DJ Stent yang berbentuk selang panjang terpasang dari ginjal hingga kandung kemih. Harapannya, pemasangan stent tersebut dapat memicu pelebaran saluran ureter.

dr. Stephen sempat melakukan biopsi (pengambilan sample daging) yang sangat kecil pada saluran yang menyempit tersebut, dan hasil biopsi adalah terjadi infeksi. Jadi saluran tersebut pernah mengalami infeksi (yang entah kapan dan bagaimana terjadinya) sehingga ketika sembuh ia menjadi sempit. Sedih amat yaa. Saat saya bertanya apa penyebab infeksi, dr. Stephen tak bisa menjawab. Asumsi saya, kemungkinan infeksi yang terjadi karena pasca operasi kista yang dulu (tahun 2011) mungkin ya? Jadi ada malpraktek? Hmm, belum bisa dipastikan juga sih. Tapi saya jadi curiga itu sih.

DJ Stent dipasang selama 2-3 bulan, dan selanjutnya di bulan Juni saya diharuskan operasi lagi untuk melepas stent tersebut. Diharapkan di operasi yang kedua nantinya, saluran sudah agak melebar. Aamiin.

(5) TINDAKAN OPERASI II (Juni 2019)
Operasi kedua ini adalah operasi yang dijadwalkan untuk pencabutan DJ Stent, dan memasukkan kembali kamera ke dalam saluran untuk melihat akar masalah dari penyakit ini. Operasi yang dilakukan saat ini lebih cepat dari operasi sebelumnya. Kata suami sih sekitar 1 jam sudah selesai. Hasil dari operasi kedua adalah bahwa saluran saya sudah lebih melebar, sehingga dokter bisa memasukkan kameranya sampai ke ginjal. HASILNYA, tidak ditemukan batu sama sekali disana, bersih, murni karena penyempitan saluran saja. dr. Stephen kemudian melakukan biopsi yang kedua kalinya dari daging saluran yang menyempit itu, dengan sample yang lebih besar dari sebelumnya. Diharapkan lab akan bisa membaca lebih detail. NAMUN, hasilnya tetap sama, yakni infeksi. Well, saya dan dokter cuma bisa bingung saja, infeksi ini berasal darimana. Huhu.

Di operasi kedua ini dr. Stephen memasang DJ Stent kembali, karena ureter saya masih tergolong sempit walaupun sudah lebih lebar daripada sebelumnya. So, saya masih harus melakukan operasi lagi kelak. Hiks.

Saya pun memenuhi jadwal komtrol pasca operasi (seminggu setelahnya). Banyak hal di kepala yang ingin saya tanyakan ke dr. Stephen. Yang pertama kali ingin saya ketahui adalah, penyusutan ginjal saya sudah sebesar apa. Akhirnya beliau melakukan USG dengan alat pribadinya (mungkin kalo saya ga nanya, belio ga USG saya kali yaah wkwk). Hasil dari USG dengan membandingkan kondisi ginjal saya sebelum pemasangan DJ Stent adalah mengalami penyusutan HANYA sebesar 20-30% saja. WHAT?! Jadi perjuangan selama ini hanya menghasilkan penyusutan tak sampai 1/3 nya. Sedih banget saya, rasanya kepengen nangis. Kata dr. Stephen, ini memang membutuhkan waktu yang lama. Terus saya bertanya, "selama apa dok??" "yaah, mungkin 6 bulan-an bu" gitu. Nah dari obrolan itu, akhirnya dr. Stephen inisiatif untuk memundurkan jadwal operasi yang ke-3 yang harusnya bulan Agustus, menjadi bulan September. Harapannya agar ginjal diberi kesempatan untuk menyusut lebih lama. Katanya, jika nanti setelah operasi kondisinya masih belum baik, saya akan dirujuk ke rumah sakit yang lebih besar, RS Santosa.

Beberapa yang harus dilakukan selama pemasangan DJ Stent adalah minum air putih yang banyak, dilarang menahan kencing (karena dikhawatirkan air kencing akan kembali naik ke atas akibat pemasangan stent), dan sebisa mungkin jangan hamil dulu. Hiks. Sedih? Banget.

(6) TINDAKAN OPERASI III (September 2019)
Operasi yang ketiga ini tergolong sangat cepat, bahkan menurut saya gak sampai 5 menit saja prosesnya. Kalau proses dari awal kita masuk ruang operasi, bius, dll ya lebih dari 1 jam. Tapi proses inti operasinya itu gak sampai 5 menit kayanya. Operasi ketiga ini tindakannya hanya cabut selang tanpa dimasukkan kamera lagi, karena sepertinya dokternya yakin, "secara teori, dengan pemasangan selang ini saluran pasti akan melebar bu". Jujur saya sebagai orang awam sih kurang lega, sebenarnya apa salahnya ya diintip lagi pakai kamera. Apa mungkin itu menambah biaya dan waktu, sementara pasien dokter banyak dan saya memakai BPJS. Wallahualam. Khusnudzon aja deh.

Pada operasi ketiga ini saya hanya diberikan bius lokal saja, alias masih sadar. Wah jangan ditanya, rasanya urat malu saya udah ptus! HAHA. Selain dokternya cowo, beberapa perawat yang membantu juga ada yang cowo. Yasudahlah, semoga Allah mengampuni dan memaklumi saya. Aamiinn. Pemulihan dengan bius lokal lebih cepat daripada bius total. Saya hanya menginap semalam saja di RS, dan diberi obat-obatan anti mual. Karena salah satu efek samping pasca bius adalah pusing dan mual.

Saya diharuskan kontrol seminggu pasca operasi. Saat kontrol, saya menanyakan bagaimana tindakan selanjutnya. Dokter menyarankan 3 bulan lagi untuk USG ginjal. Begitu. Jadi sekian yang bisa saya ceritakan. Story akan terus di-update ya, nanti setelah USG akan saya update kembali.

(7) USG GINJAL I (Desember 2019)
Bulan Desember 2019, tepat 3 bulan pasca pencabutan DJ Stent, saya memenuhi jadwal kontrol ke dr. Stephen untuk melakukan USG ginjal. Berdasarkan hasil USG, Alhamdulillah ginjal kiri sudah mengalami penyusutan yang banyak. Hasilnya sangat membaik dibandingkan dengan  sebelumnya. Bisa dilihat dari foto before after di bawah.



Hasil bacaan juga menuliskan kalau hidronefrosis sudah menunjukkan perbaikan. Setelah membaca hasil USG, saya optimis telah sembuh dan perjalanan saya keluar masuk RS juga akan segera berakhir. Udah sok pede ini konsul terakhir ke urologi. Nyatanya... dr. Stephen berkata kalau peluang ureter untuk menyempit bisa terjadi lagi, jadi kondisi saya masih dalam observasi, dan diharuskan kontrol lagi 4-5 bulan berikutnya. Wah saya langsung lemes lho, ga nyangka ternyata masih bisa menyempit lagi. Kata belio, sebenarnya kalau mau permanen bisa dengan tindakan operasi pemotongan saluran, jadi saluran yang menyempit tadi dibuang. Cuman itu susah dan sakit, resikonya juga tinggi, jadi kalau bisa dihindari.

Jadi ya entah nanti bagaimana perkembangannya, apakah kelak saya akan memakai DJ Stent setiap beberapa tahun sekali? Wallahualam. Saya serahkan semua sama Allah SWT, yang penting sebagai manusia saya sudah berikhtiar, dan sisanya tawakkal saja.:D

Anyway, thanks to dr. Stephen & team atas kerja kerasnya selama ini. Terimakasih telah menjadi perpanjangan tangan Tuhan atas kesembuhan saya, Tuhan Berkati. :)

(8) USG GINJAL II (Juni 2020)
Dikarenakan wabah Covid-19, saya baru memberanikan diri untuk kontrol pada bulan Juni, ketika new normal sudah mulai dijalankan. Kontrol saat itu untuk meminta surat pengantar USG Ginjal dari dr. Stephen. Selang 1 minggu, hasil USG sudah saya terima dan saya konsulkan ke beliau. Hasilnya adalah....ginjal sudah lebih mengecil lagi dari USG bulan Desember. Kalau ukuran normal ginjal adalah 8-9 cm, punya saya 7 cm, bisa dilihat di gambar yang ditandain garis hijau. Sedih ya, sedih lho.. mengetahui kenyataan salah satu organ tubuh kita sudah "tidak normal" lagi. :'). Ya tapi mau gimana lagi. Ini juga sudah bersyukur, ada perbaikan yang sangat bagus bila dibandingkan kondisi ginjal saya pertama kali yang bengkak parah.



Cuman yang saya agak curiga adalah di gambar USG, ureter atas nya bengkak lagi, lebih bengkak dari sebelumnya. Saya sempet kepikiran apa ada penyempitan lagi. Tapi beliau bilang, kalau misal bengkak lagi pasti ginjalnya juga bengkak, tapi ini enggak, ginjalnya bagus. Namun dr. Stephen tetap mewanti-wanti kalau bisa ada peluang menyempit lagi, dan setelah saya bertanya bagaimana selanjutnya, beliau memberi 3 opsi. Pertama, dipasang DJ Stent permanen yang diganti setiap 6 bulan sekali. Kedua, dilakukan observasi lagi dengan cara memasang DJ Stent biasa seperti kemarin dan setelah 4 bulan dikaji ulang. Ketiga, dirujuk ke RS Santosa, RS besar di Bandung dengan peralatan yang lebih lengkap. Dari awal memang saya sudah kepikiran, jangan-jangan saya bakal memakai DJ Stent seumur hidup? 

Akhirnya saya memutuskan untuk minta dirujuk saja ke RS Santosa, ke dr. Tomy namanya. Dengan pertimbangan, saya ingin mencoba opsi lain seperti apa. Jadi nanti saya memiliki lebih banyak opsi yang tinggal memilih salah satu yang paling cocok dan nyaman buat saya. Bismillah. 

(8) KONSULTASI DOKTER SPESIALIS UROLOGI - RS SANTOSA (Agustus 2020)
Bulan Agustus 2020 saya baru memberanikan diri untuk melanjutkan perawatan dengan melakukan konsultasi ke dr. Tomy Muhamad Seno Utomo, Sp.U., di RS Santosa Bandung Central. RS nya terletak di belakang Stasiun Bandung. Saya baru bisa ke RS saat weekend karena suatu alasan, dan Alhamdulillah-nya beliau bisa mengakomodir nya, padahal jadwal praktek beliau di hari Sabtu adalah by appointment, saya pikir khusus tindakan pasien lama, ternyata pasien baru seperti saya pun bisa. Alhamdulillah terima kasih pak dokter.

Penjelasan dr. Tomy sungguh gamblang dan menenangkan. Berdasarkan hasil tindakan saya sebelumnya, beliau menyarankan pada saya untuk melakukan CT Scan dengan kontras. Tujuannya untuk mencari tahu letak penyempitan tepatnya berada di saluran sebelah mana dan sepanjang apa. Jika penyempitan tersebut hanya pendek, maka akan dilakukan tindakan pemotongan saluran yang menyempit itu. Jika penyempitan tersebut ternyata panjang, maka akan dipasang DJ Stent permanen dan nanti akan terus dievaluasi. FYI, DJ Stent ini ternyata ada yang usianya 1 tahun, dan ada yang 2 tahun.

Berhubung di RS Santosa, alat CT Scan nya sedang dalam maintenance, akhirnya saya harus mencari RS lain yang memiliki fasilitas CT Scan, tentunya yang harganya juga bersahabat. Oke, jadi sekian update dari saya, sampe bertemu lagi.

(9) CT SCAN UROGRAPHY 64 SLICES DENGAN KONTRAS (Agustus 2020)
Seminggu setelahnya saya berpetualang sendirian mencari RS yang menyediakan CT Scan 64 Slices yang dimaksud. Saya mencoba ke RS Borromeus yang katanya harga pemeriksaan CT Scan-nya berkisar 4,2juta (masih lebih murah dari RS Hermina yang waktu itu 5 jutaan tanpa kontras), namun ternyata saya kurang beruntung, alat CT Scan di RS Borromeus juga rusak. Sang teknisi menyarankan saya mencoba ke RS Advent atau RS Immanuel.

Sebelum beranjak, saya mencoba memastikan dengan menelepon RS Advent untuk ketersediaan alat CT Scan. Dan Alhamdulillah ternyata alatnya berfungsi, dan bisa mengakomodir CT Scan Urography 64 Slices Kontras. Kenapa RS Advent? Tidak ada alasan khusus, hanya karena jarak saja, deket dari RS Borromeus di Dago. RS Advent letaknya ada di Cihampelas. Sore yang mendung dan gerimis itu saya lalui dengan naik motor tanpa jas hujan. Perjuangan deh pokoknya.

Sesampainya di RS Advent, saya langsung ke bagian Radiologi dan menyodorkan Rujukan CT Scan dari RS Santosa. Oleh teknisi CT Scan, diberi penjelasan yang ramah, bahwa sebelum melakukan CT Scan ini pasien harus melakukan tes darah berupa kadar Ureum, Creatinin, Hemoglobin, karena nanti cairan kontras akan dimasukkan melalui infus ke dalam pembuluh darah, jadi kondisi darah nya harus normal. Beliau juga menginformasikan tarif CT Scan-nya, yaitu sekitar 3,8 juta. WOW, murah cuuyy :D, tau gitu dari dulu saya CT Scan disini aja ya Hahaha.

Berhubung saya ingin memakai asuransi, maka saya harus memulai prosedur ini diawali di bagian pendaftaran. Setelah melewati berbagai drama (iya drama per-asuransi-an, yang panjang ceritanya, tapi ga usah diceritakan wkwk), akhirnya saya putuskan tes darah menggunakan uang pribadi saja, toh cuma Rp 145.000 saja. Sedangkan nanti CT Scan akan menggunakan asuransi, yang TERNYATAH limit saya tinggal 600-ribuan saja pemirsah. Hahaha. *Saatnya dana darurat beraksi*

Tes darah berlangsung cepat tanpa antri sama sekali (efek musim Covid, pasien berkurang banyak), dan hasil bisa diambil 2 jam kemudian. Namun saya putuskan untuk diambil keesokan harinya saja sembari pendaftaran untuk CT Scan. Karena hari sudah menunjukkan pukul 3 sore. Lelah men!

---

Besoknya saya kembali ke RS Advent, mengambil hasil tes darah dan Alhamdulillah hasilnya normal semua. Yang saya takutkan dari dulu Creatinin. Kalau Creatinin tinggi berarti kerja ginjal nya bermasalah. Untungnya tidak. Sehabis dari lab, saya langsung menuju pendaftaran untuk mendaftarkan CT Scan menggunakan klaim biaya asuransi, sudah habiskan sajalah itu 600rb! Next mau pakai BPJS saja untuk perawatan selanjutnya, sampai limit terisi kembali.

Dari loket pendaftaran, saya langsung menuju ke bagian Radiologi untuk penjadwalan CT Scan. Sehari sebelum CT Scan, saya diharuskan berpuasa (hanya boleh makan bubur nasi kecap sampai jam 8 malam), kemudian diberi resep Castor Oil 1 ml, Disflatyl 2 tablet, dan Dulcolax supositoria 1 buah. Wah busyet deh efek obat yang sekarang lebih DAHSYAT daripada obat yang dulu diresepkan di Hermina. Saya baru kali ini minum castor oil, rasanya super thick banget banget, dan itu harus diminum semua sebanyak lebih dari 5sdm. Hueh. Nggak sampai 2 jam, perut udah langsung mules-mules sampai tengah malam, bener-bener dahsyat dikuras abis ama nih oil, bisa gitu ya, mungkin ususnya jadi licin kena minyak ya, jd langsung terjun bebas tuh kotoran,haha. Obat terakhir Dulcolax udah gak mempan saking udah ga ada lagi yang dikuras. Castor oil diminum jam 8 malem btw, dan Dulcolax dipakai jam 5 subuh. Dan pas pagi itu rasanya badan lemes abis saking kosongnya perut ga ada isinya, cuma boleh minum air putih. Buat sholat aja ga kuat, saya sampai harus sholat sambil duduk saking lemesnya badan ga ada energi. Pokonya trauma lah minum Castor Oil T_T

Pas udah sampe di RS, petugas CT Scan-nya ternyata beda lagi, bukan bapak-bapak yang kemarin. Terus beliau menjelaskan dengan ramah prosedur CT Scan, terdengar bertele-tele meskipun mungkin sebernya penting, cuma saya nya aja yang udah lemes ga bisa konsen sama sekali beliau ngomong apa. Yang jelas, saya disuruh memastikan ke dr. Tomy atau ke RS Santosa, bahwa hasil CT Scan dari RS Advent sudah sepengetahuan mereka, karena ditakutkan hasilnya tidak sesuai harapan dr. Tomy, karena beda rumah sakit.

Sebelum CT Scan saya diharuskan minum air putih banyak, saya habiskan lah 2 botol, rasanya super begah. Pokoknya CT Scan yang sekarang rasanya aduhai, dan saya sadar memang ini prosedur yang harus dilewati agar hasilnya maksimal. Setelah terasa kepengen pipis, barulah CT Scan ini dimulai. Tangan saya dipasang infus, kemudian berbaring di alat donat raksasa itu (lagi) dan teknisi mengetes fungsi alatnya. CT Scan di sini menurut saya lebih oke punya, selain petugas yang lihai dan ramah, instruksi untuk "tahan nafas" dan "buang nafas" nya sangat jelas dan tidak terlalu lama sampai hampir kehabisan napas.

Setelah mengecek alat, barulah "cairan kontras" ini dimasukkan lewat infus. Kata beliau, cairan kontras ini merupakan cairan iodine yang baru dan sudah anti alergi, jadi inshaa Allah aman. Yang saya rasakan ketika cairan kontras masuk ke pembuluh darah, ada rasa panas di lidah dan perut bawah, wow cepet sekali, padahal baru 1 detik cairannya masuk. Dan hal itu normal kata beliau. Namun rasa panas itu hanya sesaat, ga sampai 1 menit, udah ga merasakan apa-apa. Dan seperti biasa saya menjalani pemeriksaan, dengan 3x prosedur menahan nafas. Total durasi pemeriksaan adalah 15-20 menit, dan dalam keadaan nahan pipis yang dahsyat, efek minum air putih 2 botol sekaligus. Oh ya, saat infrared nya menyala, wow seluruh tubuh rasanya panas, dan pahit, tapi cuman sebentar saja, dan saat penyinaran yang pertama saja. Penyinaran kedua dan ketiga sudah tidak terasa apa-apa. Sungguh pengalaman yang tak terlupakan dalam hidup ini ya. Hahaha.

(10) KONSULTASI TERAKHIR & EVALUASI BERKALA (Sept 2020)
Memasuki bulan September, saya melakukan konsul kedua kalinya ke dr. Tomy. Saya bawa hasil CT Scan terbaru sekalian dengan hasil tes lainnya saya bawa lengkap kap. Kali ini saya memakai asuransi BPJS. Dikarenakan RS Santosa (SHBC) merupakan RS kelas B, maka rujukan harus diurus dari Faskes 1 (Puskesmas), lalu dibawa ke Faskes 2 (RS Hermina Arcamanik), baru bisa ke RS Santosa. Pokonya harus sabar dan telaten.

dr. Tomy membaca hasil CT Scan saya, dan hasilnya beliau memutuskan untuk tidak jadi operasi, dan akan dievaluasi secara berkala setiap 6 bulan atau 1 tahun. Jadi setiap 6 bulan atau 1 tahun, saya diharuskan melakukan CT Scan Kontras untuk keperluan evaluasi. Saya udah kebayang dong gimana tersiksanya melakukan persiapan CT Scan Kontras, hiks.

Mengapa evaluasi saja dan tidak perlu operasi? dr. Tomy mengatakan, kalau ginjal kiri saya masih berfungsi, meskipun sudah menurun 50% bahkan lebih. Operasi pemotongan saluran tidak akan membuat ginjal kembali seperti semula, ginjal akan tetap berbentuk seperti yang terakhir. Selain itu, operasi pemotongan saluran memiliki resiko yang banyak, salah satunya adalah memiliki peluang kebocoran. Bagaimana jika saluran ureter menyempit kembali, oleh karena itulah diperlukan evaluasi berkala. Sehingga bisa menentukan tindakan selanjutnya akan seperti apa. 

Di tengah-tengah kepanikan dan kesedihan menjalani pengobatan selama setahun lebih ini, saya masih sangat bersyukur memiliki ginjal kanan yang masih sehat dan sempurna. Alhamdulillah. Sehingga bisa membantu kinerja ginjal kiri, dan akan saya jaga baik-baik kesehatan si ginjal kanan dengan gaya hidup sehat dan minum air putih yang cukup. Semoga Allah SWT selalu melimpahkan Rahmat-Nya kepada kita semua. Aamiinn. Terimakasih untuk para pembaca yang telah mampir ke blog saya. Bagi para pembaca yang mengalami nasib sama seperti saya, tenanglah Anda tidak sendiri :). Teruslah berjuang dan berdoa untuk kesembuhan kita. Dan Allah tidak akan menguji manusia di luar batas kemampuannya. :)



Story akan terus di-update. 




PERJALANAN INVESTASI : DARI TABUNGAN BERJANGKA HINGGA SAHAM

Waw baca judulnya kayak iye banget ya? Hahaha. Tulisan ini hanya menceritakan pengalaman, bukan rekomendasi. Keputusan investasi semua berad...

Post Signature

Post Signature